Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat;
-
Menjelaskan
peranan logam besi dalam perkembangan teknologi pemesinan.
-
Menyebutkan jenis bijih-bijih besi.
-
Menjelaskan
proses pemurnian bijih-bijih besi menjadi besi di dalam tanur tinggi.
-
Membedakan jenis-jenis besi mentah yang
dihasilkan dari tanur tinggi.
-
Menjelaskan perbedaan proses pembuatan
baja dengan beberapa jenis konverter dan tanur listrik.
3.1. Pendahuluan
Besi
adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk
kehidupan manusia sehari-hari. Logam ini yang paling banyak dan paling beragam
penggunaannya. Hal itu karena beberapa hal, diantaranya: a). Kelimpahan besi di
kulit bumi cukup besar, b) Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan c) Besi
mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.
Besi
yang kimiawi murni (Ferro, Fe), tidak cocok sebagai bahan teknik, karena ia terlalu lunak. Besi yang
dapat diperoleh secara teknis selalu merupakan suatu paduan antara besi (Fe)
dengan zat arang (C) dan unsur unsur lainnya. Ukuran yang menentukan untuk
kekerasan, kekuatan, dan keuletan ialah tinggi kadar karbon yang selalu ada di
dalam besi. Selaras dengan itu maka besi dibedakan; Besi yang dapat ditempa,
ialah besi dengan kandungan karbon 0,05—0,06% .
Besi yang tidak dapat ditempa (besi tuang), dengan kandungan C 2,5—4,0%
.
3.2. Bijih-bijih Besi
Besi
mentah diperoleh dari bijih besi melalui pengolahan lebur di dalam tanur
tinggi. Bijih besi pada pokoknya merupakan ikatan kimiawi antara besi (Fe)
dengan zat asam (O), sebagian juga dengan zat air (H) atau dengan zat arang
(C). Selain itu bijih besi masih mengandung imbuhan imbuhan kecil seperti
mangan (Mn), silisium (Si) belerang (S), posfor (P), dan lain-lain.
Bijih-bijih besi digolongkan kedalam tiga kelompok utama yaitu;
1. Oksid, batu
besi magnet, magnetit (Fe204), kandungan Fe 60—70% (Rusia, Swedia,
Amerika). Batu besi merah, hematite (Fe203), kandungan Fe
46—60% (Kanada, Spanyol, Inggris, Rusia).
2.
Hidrokslda, batu besi coklat, limonit (2Fe203
+ 3H20), kandungan Fe 20—50 % (Polandia, Amerika, Jerman, Perancis).
3.
Karbonat, Batu besi spatik, siderit (Fe2C03),
kandungan Fe 30—40 % (Jerman ,
Austria ).
3.3. Tanur Tinggi
Perubahan
wujud dari bijih menjadi besi berlangsung di dalam tanur tinggi. Tanur tinggi
ialah sebuah tungku rongga setinggi 20—30 m dengan garis tengah terbesar 8 m
dan memiliki dinding tahan api yang memungkinkan pengoperasian terus menerus
selama bertahun-tahun. Tungku ini disodori lapisan-lapisan bijih den kokas
secara bergantian dari atas. Bijih dicampur dengan imbuhan-imbuhan yang terdiri
atas kapur dan lempung (pengadonan) hingga terjadi terak yang mudah melebur.
Di dalam
bagian bawah tanur tinggi dihembuskan angin panas dari beberapa moncong pancar.
Pemanasan udara pembakaran ini berlangsung di dalam pemanas-pemanas angin yang
diberi pemanasan awal dengan gas buangan (gas tungku). Pengimbuhan zat asam
terhadap udara hembus dapat meningkatkan daya lebur.
Bahan yang digunakan
dalam proses tanur tinggi untuk menghasilkan besi kasar dari tanur tinggi
diperlukan bahan-bahan antara lain :
a.
Bijih
Besi → bahan pokok.
b.
Batu
Kapur → mengikat bahan-bahan ikutan menjadi terak.
c.
Bahan
bakar → digunakan bahan bakar kokas, arang kayu dll.
d.
Udara
panas → membantu pembakaran dan mereduksi biji besi.

Gambar 3.1.
Instalasi tanur tinggi.
A. Proses di dalam tanur tinggi.
Udara panas yang masuk melalui moncong pancar angin
terbakar menjadi karbon monoksida (CO). la menyerap banyak zat asam dari bijih
dan terbakar menjadi karbon dioksida (C02). Akibatnya bijih (oksid
besi) direduksi menjadi besi murni (Fe).
Besi ini menampung zat arang dari kokas pada penurunan
selanjutnya, meleleh dan mengumpul di dalam bagian bawah tungku (waduk). Dari
sini ia dikeluarkan 4 jam sekali sebagai besi mentah (penyadapan besi). Melalui
proses ini terbentuk berbagai macam wilayah di dalam rongga tungku dari atas ke
bawah:
Wilayah pemanasan awal → wilayah reduksi →
wilayah karbonisasi →wilayah pelelehan.
Besi mentah yang setiap 4
jam mengalir keluar, mengering di dalam parit pasir menjadi gelondongan besi
mentah (bahan mentah untuk besi tuang) atau dituangkan kedalam ciduk yang dapat
dijalankan dan digiring menuju pabrik baja.
Terak yang mengapung di
atas besi cair terus mengalir melalui lubang-lubang saluran tersendiri. Terak
ini terbentuk dari imbuhan-imbuhan berkapur yang dicampurkan pada pengadukan dan
bagian-bagian lain dari besi. la
melindungi besi terhadap oksidasi oleh angin hembusan dan mengikat belerang
yang bersifat merusak.
B. Proses kimia di dalam tanur
tinggi.
Operasi tanur tinggi modern secara ringkas sbb;
·
Kelembaban
dan kadar air pada bijih-bijih besi dihilangkan pada daerah suhu 200—300 OC.
·
Dengan
meningkatnya suhu, terjadi reduksi tak langsung terhadap bijih-bijih besi
dengan reaksi sebagai berikut :
1 a). 3 Fe2O3 +
CO → 2 Fe3O4
+ CO2
1 b). 2 Fe3O4 +
6CO → 4 Fe + 6CO2
·
Pada
suhu ± 535 OC, karban monoksida mulai terurai menjadi karbon bebas
dan karbon dioksid.
2). 2CO → C + CO2
·
Pada
daerah 400 - 600 OC, terjadi reaksi sebagai berikut.
3). Fe3O4 +
CO →
3 FeO + CO2
·
Pada
suhu ± 400 OC, reduksi tidak langsung terhadap bijih-bijih besi
sebagai berikut :
4). Fe2O3 +
C →
2 FeO + CO
5).
Fe3O4 + C → 3 FeO + CO
·
Pada
daerah suhu 700 - 800 OC, reduksi langsung ferro oksida dimulai
dengan membentuk besi spong yang mengandung karbon. Reaksi ini terjadi antara
pertengahan (setengah jalan antara puncak dan dasar tanur tinggi).
·
Batu
kapur terurai pada suhu 800 OC dan dolomit pada suhu 1075 OC
dengan reaksi.
6). - CaCO3 → CaO + CO2
- MgCO3 → MgO + CO2
·
Sementara
besi spong memperoleh kandungan karbon yang menurunkan titik lebur dan dalam
peleburan menyerap karbon dari kokas semakin lama semakin banyak.
·
Batu
kapur mengikat kotoran-kotoran bijih besi dan abu kokas. Semakin ke bawah, suhu
semakin meningkat dan terjadi reduksi langsung pada paduan dan metalloid dengan
reaksi sebagai berikut :
7). a. SiO2 + 2C → Si + 2CO
b. MnO + C → Mn + CO
c. P2O5 + 5C
→ 2P + 5CO
d. FeS + CaO + C → CaS + Fe + CO
8). Ca3PO4 + 3 SiO2 +
5 CO → 3 Ca Si O3 + 5CO + P2O5
·
Di
dekat tuyer (lubang tiup) ada hembusan udara panas mengenai kokas dan terjadi
reaksi sbb :
9). 2C + 02
-> 2C0
·
Sehingga
selalu ada gas CO yang dipakai untuk reduksi. Jadi kokas di dalam tanur tinggi
selain berfungsi sebagai sumber kalor juga untuk mereduksi oksigen di dalam
bijih-bijih besi.
Kesimpulan dari proses yang terjadi
di dalam tanur adalah :
1.
Proses
reduksi dari besi oksida.
2.
Proses
oksidasi karbon oleh oksigen.

Gambar 3.2.
Reaksi kimia yang terjadi di dalam tanur tinggi.
3.4. Besi Mentah
Sifat-sifat
besi mentah (kasar) yang dihasilkan dari tanur tinggi adalah;
·
Titik
lebur ±1300° C.
·
Kandungan
zat arang sekitar 3 - 4 %.
·
Tidak
dapat ditempa (rapuh).
·
Mudah
dituang.
·
Besi
mentah putih
·
Besi
mentah kelabu.
A.
Besi Mentah Putih
Ciri-ciri besi
mentah putih adalah;
·
Memiliki
bidang patahan yang berwarna putih.
·
Mempunyai
butiran halus, dan sangat keras.
·
Akibat
pengaruh mangan (Mn), zat arang terikat secara kimia dalam besi karbid (F3C)
dan terbagi rata (tiada grafit).
·
Titik
cairnya ± 1100° C dengan kadar karbon 2,3 - 3,5%.
·
Massa jenisnya 7,58 - 7,73 kg/dm3.
·
Bahan
baku pembuatan
baja dan tuangan temper.
B.
Besi Mentah Kelabu
Ciri-ciri besi
mentah putih adalah;
·
Memiliki
bidang patahan yang berwama kelabu.
·
Mempunyai
butiran kasar.
·
Mudah
digarap dengan pengambilan serpih.
·
Akibat
pengaruh silisium (Si), zat arang terurai sebagai grafit diantara kisi-kisi
ferrit. dan sangat keras.
·
Silisium
menunjang penguraian grafit, meningkatkan kesudian tuang, menurunkan titik
lebur, derajat penyusutan, dan melonggarkan struktur.
·
Titik
cairnya ± 1300° C dengan massa
jenisnya 7 - 7,2 kg/dm3.
3.5 Pembuatan Baja
Baja adalah logam
paduan dengan besi sebagai unsur dasar
dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0.2%
hingga 2.1%. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan
mencegah dislokasi bergeser pada kisi
kristal (crystal lattice) atom
besi. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan (manganese),
krom (chromium),
vanadium,
dan tungsten.
Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat
meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun
di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya
(ductility).
Lingkup
masalah pembuatan baja adalah menurunkan kadar kandungan zat arang dari sekitar 4% si dalam besi mentah menjadi
setinggi-tingginya 2% di dalam baja. Besi mentah yang dihasilkan oleh tanur
tinggi langsung disalurkan ke conventor untuk membuat berbagai jenis baja.
A.
Proses Bessemer (Convertor Asam)
Convertor
Bessemer
pertama-tama ditemukan oleh Bessemer
pada tahun 1855. Konstruksi convertor ini terdiri dari lapisan batu tahan api
terbuat dari kuarsa (SiO2), yaitu suatu oksida asam. Karena itu
proses ini disebut proses asam

Gambar 3.3. Penghembusan angin (cara Bessemer dan Thomas) a. Pengisian besi mentah
cair b. Penghembusan udara tekan c. Pengeluaran baja lunak.
Bahan baku :
· Besi mentah kelabu yang mengandung
silisium.
· Atau besi kasar dengan kadar phosphor
rendah (0,1%P)
Prinsip Kerja convertor Bessemer:
· Besi mentah cair dimasukkan
keconvertor.
· Udara panas ditiupkan masuk.
· Sekitar 20 menit kemudian zat arang
dan paduan terbakar sempurna.
· Oksida arang akan teroksidasi dengan
suara gemuruh
· Jika panas turun, maka ditambahkan
ferro silicium.
· Jika mangan terlalu rendah, maka
ditambahkan besi kaca cair atau mangan ferro cair
Si + FeO →
2 Si O2 + 2 Fe
FeO + Mn →
Fe + MnO
Kekurangan proses Bessemer ;
· Kadar phosphor tak dapat dihilangkan
karena phosphor tidak dapat menjadi terak bila diikat dengan batu kapur (CaO).
· Bila ditambahkan batu kapur, lapisan
batu tahan api (SiO2) akan bereaksi dengan batu kapur.
Produksi:
- Baja bukan paduan (baja konstruksi).
B. Proses Thomas (Convertor basa).
Perbedaan antara proses Bessemer dan proses Thomas terletak pada
bahan lapisan batu tahan apinya. Lapisan convertor Thomas dari batu tahan api
basa (dolomit). Dolomit adalah campuran kalsium karbonat (CaO3) dan
magnesium karbonat (MgCO3).
Bahan baku :
· Besi mentah putih yang mengandung
phosfor.
· Atau besi kasar dengan kadar silisium
rendah.
Prinsip Kerja convertor Thomas:
· Proses ini dapat mengikat phospor
dengan mencampurkan CaO dengan reaksi:
3 CaO + PO5 → Ca3 (PO4) 2
(terak cair).
Proses peleburan berlangsung selama 20 menit dengan kapasitas
Kekurangan proses Thomas;
· Tidak dapat mengerjakan besi kasar yang kaya
silisium, karenanya sebagai bahan dasar digunakan besi mentah putih.
Produksi:
- Baja bukan paduan (baja konstruksi).
C. Proses Siemen Martin (SM).
Proses ini ditemukan pertama kali oleh Pierre Martin
pada tahun 1865.

Gambar 3.4. Konstruksi Depur Siemen Martin.
Bahan baku :
· Besi mentah cair atau padat
bersama-sama dengan rongsokan baja
· Atau rongsokan baja saja.
· Atau besi mentah bersama-sama bijih
besi (C + O saling mengikat)
Prinsip Kerja convertor Siemen
Martin:
· Dapur ini dinyalakan dengan gas yang
dibuat dari dapur-dapur regenerator.
· Temperatur gas yang masuk ke dalam
tanur mencapai ± 800OC.
· Zat asam murni ditiupkan ke dalam udara
pembakaran atau langsung ke dalam tungku untuk mempertinggi suhu dan
memperbaiki keekonomisan.
· Dengan demikian dimungkinkan pemaduan
dengan Iogam yang suhu leburnya tinggi serta juga pembuatan baja dengan kadar
karbon yang sangat rendah.
· Pembakaran bahan pengiring besi dilakukan
dengan pertolongan zat asam udara pembakaran serta oksid-oksid imbuhan dan
rongsokan.
· Pada akhir proses peleburan dibutuhkan
zat arang, mangan, dan senyawa silisium guna pengkarbonan kembali.
· Dengan memadukan wolfram, vanadium,
molybdenum, dan lain-lain dihasilkan baja-baja paduan.
· Proses peleburan berlangsung 4—10 jam
dengan kapasitas 10—500 ton besi/baja.
Produksi:
· Baja dengan kualitas yang baik (
lebih kuat, ulet, lebih murni, dan lebih rapat) bila dibandingkan dengan baja
yang dihasilkan oleh convertor Bessemer dan Thomas
· Dapur ini dinyalakan dengan gas yang
dibuat dari dapur-dapur regenerator.
D. Proses Linz Donawitz.
Proses Linz Donawitz (LD) adalah
proses pembuatan baja dengan penghembusan zat asam dari atas.

Gambar 3.5. Konstruksi Dapur Linz
Donawitz
Bahan baku :
· Besi mentah cair.
· Besi rongsokan dari berbagai jenis.
Prinsip Kerja convertor Linz Donawitz:
· Oksigen yang mendekati murni
ditiupkan masuk secara vertikal di dalam 1200 mm dari permukaan cairan.
· Phosfor dihilangkan dan proses
oksidasi karbon terjadi serentak.
· Muatan ditambahkan selama peniupan.
Produksi:
· Baja dengan kualitas yang baik dalam
jumlah besar dengan kadar karbon 0,02—1%.
· Baja bukan paduan dan baja paduan
dengan jumlah unsure paduan sebesar 6%.
· Baja yang memiliki sifat liat, murni,
dan miskin gas (tidak ada zat lemas yang bersifat merusak).
Kelebihan;
· Proses LD secara ekonomis mengungguli
proses SM berkat kecepatan proses.
· Tidak dibutuhkan bahan untuk dibakar.
· Biaya instalasi lebih kecil.
E. Proses OBM
(Oxygen-Bogen-Maxhutte).
Proses OBM
(Oxygen-Bogen-Maxhutte) adalah proses pembuatan baja dengan penghembusan zat
asam dari bawah.

Gambar 3.6. Konstruksi Dapur OBM.
Bahan baku :
· Besi mentah cair.
· Besi rongsokan dari berbagai jenis.
Prinsip Kerja convertor OBM
(Oxygen-Bogen-Maxhutte):
· Di dalam lantai dasar sebuah
konvertor yang dapat diganti-ganti, ditempatkan beberapa nossel yang
menghembuskan zat asam.
· Agar tidak cepat aus, nossel
dilindungi dengan zat pelindung berupa zat air arang (mis. : propan, gas bumi,
minyak ringan).
· Untuk melangsungkan proses metalurghy
dengan baik maka pada penyerapan diperlukan arang besi mentah kalsium yang
dicampurkan kedalam pancaran zat asam dalam bentuk debu halus.
· Kandungan karbon pada akhir proses
penghembusan bernilai sekitar 0,03%.
Produksi:
· Baja dengan kualitas yang baik dalam
jumlah besar dengan kadar karbon sekitar 0,03%.
F. Proses Tanur Elektroda.
Untuk pembebanan sangat tinggi sebagai baja kontruksi dan
baja perkakas, maka baja-baja bermutu yang dihasilkan melalui cara SM atau LID
harus dilibatkan ke dalam sebuah proses pemuliaan khusus untuk menyaring sejauh
mungkin kotoran-kotoran yang tersisa seperti belerang, fosfor dan gas-gas.
Untuk mencapai maksud ini digunakan tanur elektroda
sebagai tempat peleburan untuk mengubah wujud, memadu dengan khrom, nikel
vanadium, wolfram, molybdenum dan lain-lain. Semua baja yang dihasilkan dari
proses tanur elekroda adalah baja elektroda murni yang disebut baja mulia.
Pemuliaan dilangsungkan di dalam tanur elektroda.
Bahan baku :
· Baja hasil olahan Simene martin dan
Linz Donawitz.
Prinsip Kerja Tanur Busur Cahaya:
· Panas yang diperlukan untuk
peleburan, dibangkitkan oleh sebuah busur cahaya yang melintas dari elektroda
arang yang tebal kekubangan lebur.
· Untuk arus bolak balik tuga fase
diperlukan 3 elektroda.
· Zat asam yang diperlukan untuk
imbuhan diberikan oleh udara tanur dan imbuhan yang dapat menghasilkan zat
asam.
· Arus bolak balik mempunyai tegangan
100 - 250 Volt dan kekuatan arus yang sangat tinggi.
· Suhu yang dapat dicapai adalah 3000 °C
sehingga dapat melebur logam-logam paduan yang suhunya lebih tinggi (wolfram,
tantalum, molybdenum).
· Proses berlangsung 4 - 8 jam.

Gambar
3.7. Tanur busur cahaya Gambar 3.8. Tanur imbas
a. Peleburan,
b. pengeluaran terak c. penyadapan baja
Prinsip Kerja Tanur Imbas:
· Pada tanur imbas, baja yang
dimasukkan dalam keadaan cair dan telah sangat murni, berada di dalam sebuah
bejana peleburan yang dililiti oleh sebuah kumparan tembaga yang diberi
pendingin dengan air.
· Di dalam kumparan mengalir arus
bolak-balik yang mengimbaskan arus pusar di dalam baja.
· Panas tahanan yang dihasilkan
mengakibatkan garapan melebur dengan cepat. Akibat gaya elektromagnetis, maka berlangsunglah
pengadukan unsur-unsur paduan secara merata.
Produksi:
· Baja-baja perkakas (alat-alat
potong).
Nickel Product
BalasHapusPT. TRAVIA MAKMUR NIKELINDO
www.travianikelindo.hol.es